ist Bidadari
ISTILAH BIDADARI
Kata "bidadari" dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, begitu pula bahasa
Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga
disebut hapsari, juga disebut widodari, sedangkan dalam bahasa
Bali, bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan widyadari
atau dedari. Istilah widodari dari Jawa dan widyadari
/ dedari dari Bali, berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta. Vidhya berarti "pengetahuan",
sedangkan dharya berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa".
Istilah Vidhyadhari tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari"
dalam bahasa Indonesia modern.
Bidadari Bermain ditaman
Orang Sunda
menyebut bidadari dengan nama Pohaci. Dalam agama
Hindu dan Buddha, mereka lebih dikenal sebagai apsara.
Regweda
Dalam Regweda
ada cerita tentang seorang bidadari yang merupakan istri seorang bidadara;
namun, Regweda juga mengakui
keberadaan bidadari yang jumlahnya lebih dari satu. Bidadari yang paling
istimewa bernama Urwasi.
Ada sebuah himne
yang mengandung percakapan antara Urwasi dan kekasihnya yang tak kekal bernama Pururawa.
Kemudian, banyak sastra Hindu yang menyatakan adanya banyak
bidadari, yang bekerja sebagai dayang-dayang Indra atau sebagai penari
di kahyangan.
Bidadara dan Bidadari
Mahabharata
Pada kisah-kisah yang terkandung
dalam Mahabharata,
bidadari muncul sebagai peran pembantu yang utama. Wiracarita
tersebut mengandung beberapa daftar tentang bidadari terkemuka, namun tidak
selalu sama. Ada sebuah daftar bidadari dalam Mahabharata, yang juga memberikan deskripsi bagaimana aksi
penari kahyangan saat muncul ke hadapan penghuni dan tamu kahyangan:
Gretaci dan Menaka dan
Ramba dan Purwaciti dan Swayampraba dan Urwasi dan
Misrakesi dan Dandagori dan Warutini dan Gopali dan Sahajanya dan Kumbayoni dan
Prajagara dan Citrasena dan Citraleka dan Saha dan Maduraswana, mereka dan
ribuan bidadari lainnya, memiliki mata seperti daun teratai,
yang pekerjaannya merayu hati seseorang yang bertapa dengan khusuk, menari di
sana. Dan dengan memiliki pinggang yang ramping, besar dan molek, mereka mulai melakukan
berbagai gerakan, menggoyang buah dadanya yang mekar, dan mengedipkan mata ke sekelilingnya, dan
melakukan atraksi menarik lainnya yang mampu mencuri hati dan membuai pikiran
orang yang menontonnya.
Para Bidadari sedang merayu hati seorang petapa
Kitab Mahabharata juga menceritakan tindakan berani yang dilakukan
oleh bidadari, seperti misalnya Tilottama, yang menyelamatkan dunia dari keganasan dua raksasa
bersaudara, Sunda dan Upasunda. Selain itu ada kisah Urwasi, yang
mencoba merayu Arjuna.
Kisah maupun tema yang sering muncul
dalam Mahabharata adalah
tentang seorang bidadari yang dikirim untuk merayu seorang pertapa atau rohaniwan
dari pertapaannya yang khusuk. Sebuah kisah yang mengandung tema seperti ini,
dinarasikan oleh seorang wanita bernama Sakuntala
untuk menceritakan asal-usulnya.
Natyasastra
Natyasastra, kitab untuk mempelajari drama dalam bahasa
Sanskerta, memiliki daftar bidadari: Manjukesi, Sukesi, Misrakesi,
Sulocana, Sodamini, Dewadatta, Dewasena, Manorama, Sudati, Sundari, Wigagda,
Wiwida, Budha, Sumala, Santati, Sunanda, Sumuki, Magadi, Arjuni, Sarala,
Kerala, Dreti, Nanda, Supuskala, Supuspamala dan Kalaba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar